Selasa, 22 Oktober 2013

PERJALANAN HIDUP SEORANG ISLAM


AL QUR’AN DAN AL SUNNAH MENCERAHKAN KEHIDUPAN MANUSIA



Oleh : DR.H. Hidayat Nurwahid

Hari-hari ini kita kembali menyaksikan, merasakan dan melihat karunia Allah yang hadir terus menerus dan tidak akan berhenti kepada kita umat Islam khususnya umat Islam di Indonesia. Kita kembali betapa satu dari sekian banyak syari’ah Allah bila dilaksanakan ketika kita melihat sebahagian saudara-saudara kita akan dan sebahagian sudah berangkat kembali untuk melaksanakan ibadah haji. Tentu saja karunia Allah yang sangat besar ini kita maknai sebagai bagian dari karunia-karunia yang memang telah dihadirkan oleh Allah, agar kita dapat mensyukurinya, dengan mengambilnya sebagai pelajaran yang penting.

Ibroh yang paling utama salah satu diantarnya, bahwa kita dari salah satu umat Islam, termasuk umat Islam di indonesia , oleh Allah SWT selalu diberikan sarana, agar tidak pernah lupa dengan Baitullah, tak pernah lupa dengan Sya’arullah, tidak pernah lupa kita melaksanakan hak-hak sebagai hamba Allah, siapapun kita, bahkan kita adalah kelompok masyarakat yang dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkan kemampuan, mempunyai kekuatan untuk kemudian karenaNya untuk bisa melaksanakan kewajiban berhaji.

Kemampuan terkait dengan pelaksanaan kekuatan, terkait dengan masalah ekonomi, kesehatan, kesempatan, rizki, keberkahan, Allah SWT memberikan kepada kita satu sarana, agar kelebihan-kelebihan yang diberikan kepada kita tidak membuat kita menjadi lupa kepada Allah SWT, lupa ajaran Allah / pada Syari’ahNya, justru kita kembali diberikan Allah suatu bukti dan satu sarana bahwa karunia Allah yang diberikan kepada kita baik berupa harta, kedudukan, kesempatan, ternyata bisa dipergunakan oleh saudara-saudara kita untuk merialisasikan ubudiyah kepada Allah dengan melaksanakan ibadah haji.

Satu hal yang mudah-mudahan kita selalu teringat, akan fatwa syukur kepada Allah SWT, hal yang amat menjadi penting hari inipun kita di sisi yang lain, masih merasakan betapa banyak kegetiran betapa banyak yang pahit, betapa banyak hal yang menyusahkan kehidupan kita sebagai bangsa, sebagai umat, belum selesai problema dengan lumpur di Sidoarjo, kembali kemarin terjadi ledakkan yang mengakibatkan bukan saja lubernya lumpur, tapi terjatuhnya korban saudara-saudara kita yang bertugas dan mereka pasti tidak berdosa.

Dan kemarin pun kita melihat dan membaca berita bagaimana seorang suami menembak seorang istrinya sendiri, kemudian ia berupaya untuk bunuh diri, tapi ajal belum sampai kepada dia, dan jadilah dia sekarang pesakitan. Begitu banyak masalah-masalah yang seolah-olah kemudian membawa kita kepada lingkaran syaetan, krisis yang seolah-olah karenanya tidak memberikan harapan kepada kita untuk bangkit keluar dari lingkaran syaetan ini. Dari dua kondisi yang telah saya sampaikan, kita sebagai umat yang beragama, apalagi yang penduduknya mayoritas beragama Islam ini.

Tentulah kita tidak boleh terjebak berlama-lama termangu, seolah-olah tidak mempunyai pedoman, seolah-olah kita berada di tengah-tengah gelap gulitanya kegelapan dan kezholiman. Sesungguhnya Allah telah memberikan suatu panduan kehidupan amat sangat yang mencerahkan yaitu Al Islam, dengan Al Qur’an, panduan yang kongkrit yaitu As Sunnah. Kita akan mendapatkan bahwa kehidupan memang tidaklah selamanya terang benderang, cerah mencerahkan, mudah seperti apa yang kita bayangkan, bahkan sesungguhpun apabila jamaah haji kita akan berangkat ke Makkah dan Madinah, mereka akan menadapat satu kondisi Makkah dan Madinah dan apalagi kalau mereka membaca siroh Nabawiyah, perjuangan Nabi Muhammad SAW,

sejarah diturunkan Al Qur’anul Karim kepada beliau kita akan mendapatkan Nabi dan Islam, hadir ditengah kekosongan budaya tidaklah hadir ditengah masyarakat yang tidak mempunyai interes-interes yang kemudian menghadirkan beragam tragedi, problema, termasuk juga untuk meredupkan upaya agama Allah, cahaya Al Qur’an. Tidak mengetahui bagaimana masyarakat Makkah, bagaiman kejahiliyahannya begitu luar biasa, seperti digambarkan dengan bagus oleh Umar bin Khathab ra, ketika beliau sudah menjadi Kholifah, didapatkan oleh seorang umat beliau sedang menangis dan tertawa, umat ini kemudian bertanya, wahai Kholifah apa yang terjadi, baginda tadi menangis kemudian tertawa,

Khalifah Umar RA kemudian menjawab, aku teringat dengan masa pra Islam, dengan masa jahiliyyah dahulu, aku menagis betapa zholimnya masyarakat, mereka mempunyai anak perempuan, anak yang sudah lama mereka nantikan, tapi begitu mereka datang kemudian mematikan dan dikubur hidup-hidup. Menangislah aku, betapa rendahnya kwalitas kemanusian di waktu itu, tetapi aku tertawa mengingat ketika masa jahiliyah pra Islam dahulu, betapa bodohnya kami, pada waktu itu kami membuat tuhan dari tepung-tepung yang kami kumpulkan, kemudian kami bentuk menjadi tuhan-tuhanan, kemudian kami sembahlah tuhan yang dibuat sendiri dan kemudian setelah selesai prosesi penyembahan, tuhan yang kami bentuk itu kami menyantapnya dan memakannya, betapa amat menggelikanya.

Itulah kondisi pra Islam, kondisi pra hijrahpun amat sangat menyesakkan, sebelum Rasulullah berhijrah ke Madinah Al Munawaroh, satu kota yang akan dikunjungi oleh saudara-saudara kita para jamaah haji, mereka ziarah ke Madinah Al Munawaroh, ke masjid An Nabawi, sebelum Rasulullah berhijrah ke sana, al Madinah adalah satu kota yang disebut dengan Yastrib, satu ungkapan yang sangat berdekatan maknanya dengan segala yang menghadirkan kerusakan, kerugian, kehancuran, yang tidak harmonis itulah yang terjadi.

Begitulah masyarakat Madinah pra hijrah, komplik terus menerus yang dipropokasikan oleh komunitas Yahudi yang menghadirkan hegemoni tunggal atas kehidupan di Madinah, mereka menguasai kehidupan perokomian di Madinah, dan menguasai dalam seluruh setratanya, baik dalam stratanya ekonomi, sosial, politik, tehnologi, airpun mereka kuasai, kebunpun mereka kuasai, pasar mereka kuasai, opini mereka kuasai, bahkan mereka tidak cukup dengan itu, dalam rangka mengokohkan hegemoni yang mereka miliki,.

Mereka terus-menerus melemahkan faktor pesaing yang ada di Madinah yang berada dikalangan Arab, dan untuk itulah mereka melakukan upaya untuk mengadu domba antara orang-orang Arab yang berada di Madinah, antara Haoz dan Khazraj, menyebarkan fitnah dan informasi, melakukan beragam cara agar orang-orang Arab itu bisa dilemahkan dan karena hegemoni Yahudi tidak bisa diganggu gugat. Terjadilah salah satunya perang Bu’at, 40 tahun lamanya, Haoz dan Khazraj terjebak perang di antara mereka, kita bisa bayangkan bagaimana kondisi warga bangsa yang terjebak dalam perang yang permanen, dikipas terus menerus oleh bangsa yang lebih besar yaitu orang-orang Yahudi, tapi itu memang kondisi Yastrib pra Hijrah.

Seperti juga kondisi Makkah pra Hijrah, kondisi yang amat sangat menyesakkan, seolah-olah tidak ada masa depan, seolah-olah yang ada adalah kegelapan dan kegelapan. Tetapi yang terjadi kemudian adalah Allah menghadirkan Al Islam , menghadirkan Saiyyidina Muhammad SAW, sebagai nabi dan sebagai rasul, kemudian masyarakat dikeluarkan dari kegelapan keterang benderang, segala bentuk kegelapan itu, segala bentuk kezholiman itu, kepada cahaya Al Islam dan kemudian munculah masyarakat yang baru, masyarakat yang madani, masyarakat yang membawa kerahmatan lilalamin.

masyarakat yang sangat unggul, yang dinilai oleh para ulama termasuk Said Jamaluddin Ahwani dalam salah satu kitabnya Aroddu Adahriyin, ia mengatakan adalah salah satu dari kemu’zizatan Islam adalah selain hadirnya Al Qur’an, selain hadirnya Rasululoh SAW dengan segala kemu’zizatanya, salah satu kemu’zizatanya adalah kemukzizatan sosial, dimana dalam salah satu waktu yang pendek telah hadir salah satu komunitas yang baru, masyarakat yang sama sekali yang berbeda , masyarakat yang sukses, masyarakat yang menghadirkan peradaban yang baru, peradaban yang sangat manusiawi,

masyarakat yang mencerahkan, masyarakat yang akan hadirnya umat manusia dalam waktu yang sangat pendek, peradaban ini bisa menyebar, bukan hanya terbatas di Jazirah Arabia bahkan kemudian mengikuti tulisan Ibnu Robbi dalam tulisannya Asl Ibdu Farid dalam abad pertama Hijriyahpun Al Islam telah sampai ke bumi Nusantara kekerajaan Sriwijaya, telah diadakan surat menyurat antara Khulapa Daula Ummayah, di Damaskus termasuk juga dengan Khalifah Ar Rosyid Umar Abdul Azis,

Saya menegaskan sekali lagi bahwa apa yang kita dapatkan sekarang ini dalam dua demensi adalah sebagai Allah tegaskan dalam surah Al Muluk

: الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُmaksudnya: “Allah menghadirkan ini seluruhnya adalah sebagai ibtila sebagai ujian, agar Allah bisa mendapatkan suatu bukti siapa yang diantar kita yang paling baik amalnya” (Al Muluk : 2) tentulah dikarenanya dengan pendekatan ini, mengambil salah satu hikmah dari yang hadir sebagai salah satu ujian agar kita menjadi salah satu pihak yang berlomba-lomba menghadikran kebaikan, lomba yang menghadirkan yang lebih baik, lomba pelajaran yang unggul dari peristiwa yang ada

Mudah-mudahan keberangkatan jamaah haji kita akan membawa kepada kita semuanya pembelajaran yang penting dan sekaligus mengingatkan kepada mereka agar mereka memaksimalkan keberangkatan mereka untuk menjadikan diri mereka sebagai haji yang mabrur dan dengan kemabruranya akan membawa kepada kita semangat baru untuk terus menerus menapaki kebaikan dari pada Al Islam,

dengan kemabruran mereka mudah-mudahan akan selalu membawa kepada kita kader-kader umat dan kader-kader bangsa yang tidak pernah berhenti untuk beramal sholeh, mudah-mudahan doanya dikabulkan Allah dan mudah-mudahan doanya itu diantaranya adalah agar umat dan bangsa kita segera bangkit keluar dari krisisnya, para pimpinannya, umatnya dan siapun juga supaya betul-betul menjadi umat dan masyarakat yang muttaqun. (ds)

Tujuan Hidup Manusia



Tujuan Hidup Manusia

Ada sebuah ungkapan yang pernah saya baca; “Orang bodoh hidup untuk makan, namun orang bijak makan untuk hidup.” Lantas apakah tujuan hidup orang bijak? Apakah hanya untuk bertahan hidup? Padahal kehidupan bukanlah akhir dan tidak dapat mengakhiri dirinya sendiri, lantas apa tujuan hidup ini?
Para ahli fikir merumuskan masalah ini dengan 3 pertanyaan dasar; Darimana, kemana, dan mengapa? Artinya, saya darimana, akan kemana, lantas mengapa saya ada disini?

Bagi mereka yang tidak mempercayai adanya Tuhan, yakni orang Ateis, hanya yakin terhadap materi yang terindera. Menurut mereka sesuatu itu ada jika terdeteksi oleh indera, jika tidak maka ia adalah fiksi. Alam semesta beserta isinya bagi mereka – terjadi begitu saja – kebetulan yang yang indah. Dan manusia tidak ubahnya bagai binatang dan tumbuhan, hidup dalam jangkau waktu tertentu kemudian mati.

Sehingga dalam pandangan mereka, dunia inilah awal dan akhir dan ini semua terjadi begitu saja tanpa ada keterlibatan Tuhan, karena mereka meyakini alam mempunyai mekanisme sendiri untuk mengatur dirinya sendiri.

Namun jika kita bicara jujur, sebenarnya tiap manusia mempunyai naluri keagamaan. Maka saya setuju dengan ungkapan sejarawan terkemuka Yunani 2000 tahun silam, Plutarch mengatakan, “Adalah mungkin bagi anda menjumpai kota-kota yang tidak memiliki istana, raja, kekayaan, etika, dan tempat-tempat pertunjukan. Namun tidak seorangpun yang dapat menemukan sebuah kota yang tidak memiki sesembahan atau kota yang tidak mengajarkan penyembahan kepada para penduduknya”. Ungkapan kuno ini benar. Ia menyatakan bahwa naluri keagamaan sesungguhnya adalah sesuatu yang bersumber dari fitrah manusia.

Kajian atas sejarah manusia menegaskan bahwa kepercayaan telah bersemayam dalam diri manusia sejak kurun peradaban kuno hingga saat ini. Berdasarkan penciptaan dan strukturnya, manusia adalah mahluk yang, tidak bisa tidak, musti memiliki keyakinan. Berdasarkan struktur inilah manusia diciptakan Allah. Namun begitu, manusia diberi hak memilih – patuh atau bermaksiat kepada-Nya.

Menurut Alquran, segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, termasuk manusia, hidup didalam naungan hidayah yang terbentuk secara fitri, yang mengantarkannya kepada Allah. Dari titik tolak inilah Islam berusaha menggiring pemahaman umat manusia untuk tidak menjadikan dunia ini, sebagai persinggahan terakhir, namun sebagai starting point untuk menuju kehidupan selanjutnya yang abadi dan hakiki, akhirat!

Oleh karenanya Alquran memberi perhatian khusus dan serius pada masalah kehidupan akhirat melebihi masalah-masalah lainnya. Misalnya saja, ayat-ayat hukum menerangkan berbagai masalah cabang (fủru’) hanya berjumlah 500 buah. Sementara, ayat-ayat yang berbicara tentang hari kebangkitan bejumlah lebih dari 1000 buah. Dari sini dapat dilihat Alquran memberikan perhatian serius pada masalah pemikiran dan keyakinan.

Jika hal ini mempunyai peranan sangat penting sepert ini, lantas apa arti semua ini? Kemerdekaan! Allah SWT menghendaki manusia untuk mengEsakan-Nya, dan menjadi manusia yang benar-benar merdeka bersama-Nya agar tidak menjadi hamba bagi segala sesuatu.

Dari penghambaan kepada Allah sajalah, akan lahir kemerdekaan manusia. Sebaliknya, dari kesombongan terhadap Allah, manusia akan diperbudak oleh segala sesuatu selain Allah. Dengan kata lain, pengEsaan dan penghambaan kepada Allah, memberikan kemulian dan kemerdekaan kepada manusia. Tanpanya, manusia menjadi budak bagi segala sesuatu yang diciptakanNya. Dan inilah tujuan hidup orang bijak yakni, merdeka bersama Allah, Tuhan yang menciptakannya.

Rabu, 09 Oktober 2013

Hidup terasa aman dan damai dengan Syariah Islam


By on September 11, 2013 - 92 views
1x1.trans Hidup terasa aman dan damai dengan Syariah IslamSegala puji bagi Allah, dan shalawat dan salam atas Rasulullah saw, keluarganya dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti dan mendukungnya, selanjutnya ..
Sungguh telah terpatri pada setiap orang-orang memiliki rasio tinggi pengakuan akan pentingnya hidup dalam kelompok (jamaah) yang memiliki kekuatan, system, dan hukum sehingga dapat membentengi diri dari melakukan kezhaliman diantara mereka, memisahkan keduanya ketika terjadi konflik dan sengketa. dan gambaran jamaah ini terus berkembang hingga membentuk negara dan diterima oleh umat manusia sepanjang zaman untuk memberikan kekuatan mereka pada kekuatan negara, memberikan beberapa kemampuan mereka untuk memperkuat sistem dan jamaah, serta untuk mengeksiskan prestise dan pengaruhnya, yang mampu mengeluarkan kebenaran dari penindasan, menyelamatkan banyak orang dari berbagai kezhaliman, menghadang para pelaku kerusakan sehingga mampu mencapai maqashid syar’iyyah (target-target syariah), mewujudkan keadilan dan ketentraman. Karena jika tidak demikian, maka kehidupanakan  terbengkalai dan berantakan bahkan sirna. ada ungkapan:
لا يَصْلُحُ النَّاسُ فَوْضَى لا سَرَاةَ لَهُمْ   وَلا سَرَاةٌ إذَا جُهَّالُهُمْ سَادُوا
Tidaklah suatu masyarakat akan baik jika terdapat di dalamnya kegaduhan yang tidak mampu ditutupi #
dan hal tersebut tidak akan mampu ditutupi jika orang-orang bodoh yang menjadi pemimpin mereka
 Hidup terasa aman dan damai dengan Syariah Islam
Oleh karena itulah Islam yang hanif datang dan menyeru umat untuk memilih seorang pemimpin yang mampu memberikan kemaslahatan, mengatur segala urusan mereka menuju yang terbaik dan terhormat, sehingga mampu mewujudkan kepada mereka bentuk keadilan, meluruskan kondisi mereka pada kedisiplinan, menyelamatkan jiwa mereka dari kecemasan dan kebingungan, dan memantapkan hidup mereka di bawah payung keamanan dan martabat mulia, serta mengajak semua umat untuk menghormati sistem ini. Bahkan Ali ra pernah berkata:
الملْكُ وَالدِّينُ أَخَوَانِ، لَا غِنًى لأحَدِهِمَا عَنْ الْآخَر، فَالدِّينُ أُسٌّ وَالملكُ حَارِسٌ، فَمَا لَمْ يَكُنْ لَهُ أُسٌّ فَمَهْدُومٌ، وَمَا لَمْ يَكُنْ لَهُ حَارِسٌ فَضَائِعٌ
“Raja dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka akan mudah sirna”
Dan untuk mencapai tujuan tersebut, Allah SWT meletakkan kaedah-kaedah keadilan dan dasar-dasar hukum yang baik, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (An-Nahl:89)
Dan memberikan pemahaman melalui lisan Nabi Muhammad saw terhadap apa yang terdapat dalam Al-Qur’an, sebagaimana memberikan mandat untuk memberikan gambaran praktis dan real terhadap hukum yang baik ini. Maka dengan demikian bersatulah ajaran agama Islam yang mulia secara teori dan praktek dalam bentuk yang paling lurus dan baik dalam menetapkan hak-hak manusia, melindungi kebebasan dan menjamin kehidupan yang layak bagi semua orang, dan dengan demikian pula lengkaplah ajaran agama dan sempurna karunia Allah, sebagaimana firman Allah:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu”. (Al-Maidah:3)
Hukum Islam melindungi non-Muslim:
Dalam naungan syariat Islam hanya dengan toleransi saja lalu kebebasan non-Muslim dari Yahudi dan orang-orang Kristen terjaga dan terlindungi agama dan kepercayaan mereka, guna dapat menunaikan kegiatan ritual yang berkaitan dengan kondisi dan kepercayaan mereka masing-masing. Allah berfirman:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”. (Al-Maidah:48)
Diberikan pengecualian untuk mereka dari sebagian syariat berupa kewajiban atau pengharaman yang tidak ditetapkan oleh mereka.
Dan dalam naungan syariat ini saja mampu mencegah pencemaran simbol agama atau penghinaan terhadap agama, dan karenanya tidak  mengherankan bahwa gereja di Mesir bertumpu pada penerapan Syariah Islam; untuk memberikan orang-orang Kristen hak dalam berhukum yang mengacu pada hukum Islam, seperti yang selalu terjadi sejak penaklukan Islam hingga sekarang, dan tentunya jelas bagi siapa yang memiliki mata hati, bahwa berhukum dengan Syariah Islam adalah satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas masyarakat dan melestarikan pluralitas agama dan memberikan masing-masing haknya; dalam bingkai keadilan yang jelas, kesatuan nasional yang kokoh, struktur sosial yang rapi untuk anak bangsa dalam satu tanah air.
Hukum Islam melindungi martabat manusia dan kebebasannya:
Bahwa hukum positif sekalipun ketentuan-ketentuannya baik tidak mungkin dapat memberikan peran yang sama seperti syariat Islam terutama dalam memberikan rasa aman, keadilan dan kebebasan, karena hukum positif tidak memiliki kesucian sebagaimana ia tidak memiliki karakteristik moral dan spiritual seperti yang terdapat dalam Syariah Islam, yang senantiasa berinteraksi dengan hati nurani setiap orang dan pada saat yang bersamaan memberikan arahan terhadap perilaku mereka. Karena itu, tidak terdapat dalam jiwa orang yang melanggar hukum positif  perasaan takut atau jera kepada Allah, tidak merasa berdosa, tidak cemas dantidak mengalamai kepedihan hati nurani seperti orang yang melanggar atas dasar syariat Islam, bahkan boleh jadi orang yang pertama kali melakukan pelanggaran terhadap hukum positif adalah orang yang membuat hukum itu sendiri, yang mana dia mengetahui celah-celahnya, bahkan mungkin dia juga tahu cara menghindar dari hukum dan kembali melakukannya dalam corak dan warna lain dengan penuh kelicikan dan keterampilan.
Dalam hukum positif seorang hakim (jaksa) lebih mudah merubah dengan berpihak pada seorang tiran, tanpa merasa malu atau berdosa dan menjadikan hukum sebagai alat yang dapat digunakan untuk kemaslahatan dirinya dan merubahnya sesuai dengan kehendaknya. Ini telah kami saksikan di Negara Mesir, bagaimana hukum positif bisa dirubah, bahkan suatu konstitusi dapat menjadi pedang yang tajam yang digunakan oleh rezim tirani, yang dapat mengamandemen Konstitusi dan dapat dimanipulasi walaupun berlawanan dengan kehendak bangsa, dan mengeksploitasi dukungan mayoritas palsu untuk mensahkan undang-undang yang memiliki reputasi buruk, bahkan cenderung pada kerusakan dan melindungi pelaku kerusakan tanpa peduli atau mengabaikan hasil yang bersih lalu mengarah pada keisa-siaan, menjatuhkan kewibawaan dan nilai serta prestise Negara didalam hati setiap warga.
Efek negative dan pahit akibat ketiadaan Syariat Islam dan berkembangnya tirani:
Dalam kondisi hilangnya syariat Islam dan berkuasanya rezim tirani menjadikan yang kuat diatas kebenaran, dan menjadi tugas sebagian institusi perundang-undangan yang berpihak pada kehendak penguasa tiran daripada menegakkan keadilan, dan daripada mencapai kemaslahatan (kepentingan) bangsa. Kongkretnya, tanyalah kepada KPU (Komisi Pemilihan Umum) apa yang terjadi dalam pemilihan Majlis Syura di Mesir.
Dalam kondisi hilangnya syariat Islam dan berkuasanya rezim tirani menjadikan tugas lembaga keamanan yang asalnya sebagai pengayom dan pelindung rakyat berubah menjadi penyiksa atas para oposisi penguasa tiran, menyiksa atas tindakan kritis pemerintah tirani daripada melaksanakan kewajiban terhadap para pelaku kerusakan dan daripada mengejar para genk (kelompok) pelaku kejahatan, sementara kekuasaan di tangan para tiran juga merusak martabat manusia dan kehidupan mereka dan merampas hak-hak mereka.
Dalam kondisi hilangnya syariat Islam dan berkuasanya rezim tirani banyak terjadi kezhaliman dan penangkapan orang-orang jujur, penjara-penjara penuh diidsi oleh orang yang memiliki keahlian dan keterampilan ilmiah; hanya karena mereka menyuarakan suara melawan tindak kezhaliman, tirani dan pemalsuan yang keji terhadap kehendak bangsa, memberikan jabatan kepada orang yang bukan ahlinya, dan memberikan area pemerintahan kepada mereka yang memiliki pikiran dan jiwa-jiwa yang hanya memikirkan kepentingan pribadi daripada kepentingan
Negara dan bangsa, dan akhirnya- sesuai dengan kondisi tersebut – muncul sikap individulistis dan egoisme, hancur hubungan sosial serta hilang nilai-nilai keadilan di dalam hati warga dan bangsa.
Dan oleh karena itu pula tersebar kezhaliman di berbagai lapisan masyarakat; ekonomi, sosial dan moral, melambat atau berhenti sama sekali, bahkan mengalami kemunduruan pada  proses pembangunan, dan sirna nilai-nilai nasionalisme dan kedewasaan serta moralitas yang mulia; berganti menjadi oportunisme dan karierisme, dan menjadikan yang kuat dapat bertindak sewenang-wenang untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya dengan tangannya, sementara warga biasa dan sederhana terpaksa melakukan penyuapan untuk menyelesaikan beberapa hak-hak mereka, mencari jalan selamat daripada harus berhadapan dengan kekerasan dan ketidakadilan, hilang makna kenegaraan, dan berakibat pada kehancuran.
Semoga Allah SWT meridhai Ali bin Abi Thalib, yang berkata dalam buku yang pertama kali ditulis setelah ia menjabat khilafah:
أَمَّا بَعْد، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلكُمْ أَنَّهُمْ مَنَعُوا الْحَقَّ حَتَّى اشْتُرِيَ، وَبَسَطُوا الْجَوْرَ حَتَّى افْتُدِيَ
“Amma ba’du, sungguh telah hancur orang-orang sebelum kalian, bahwa mereka mencegah kebenaran hingga terpaksa membeli, dan mereka menyebarkan kezhaliman hingga dijadikan tebusan”
Jika secara sedehana umat manusia mau berpikir, maka akan terlihat bagaimana sirnanya eksistensi  suatu negara setelah dikuasai oleh kekuasaan dan dikebiri oleh kekuatan aparat keamanan, dan yang paling banyak semangatnya dan nyata pengetahuan para pelakunya adalah; perhitungan jiwa pada manusia, terhalangnya kepabilitas dan kemampuan dari berbagai tugas, jabatan yang sesuai untuk mereka, melakukan fabrikasi isu terhadap orang-orang yang jujur, malakukan tekanan, terror dan menjatuhkan martabat mereka, dalam sebuah penyimpangan yang memalukan dalam penggunaan undang-undang, sehingga mengancam adanya konsekuensi brutal.
Betapa banyak diantara Negara yang dasar pemerintahannya adalah penjara, pelecehan, penyiksaan dan pengadilan khusus, menyepelekan hak asasi dan menebarkan perasaan dengan kezhaliman… dan antara negara yang diatur dengan hukum Syariat Islam nan mulia, sehingga seorang khalifah Umar Bin Al Khattab ra berkata setelah menjabat:
أدِرُّوا علَى المسلمينَ حقوقَهم، ولاَ تَضْرِبُوهم فَتُذِلُّوهُمْ، وَلاَ تُجَمِّرُوهُمْ (أي لا تحبسوهم بغير حق) فَتَفْتِنُوهُمْ، ولا تُغْلِقُوا الأَبْوَابَ دونَهم، فَيَأْكُلَ قَوِيُّهم ضَعِيفَهم، ولا تَسْتَأْثِرُوا عليهم فتَظْلِمُوهُم، ولا تَجْهَلُوا عليهم
“Berikanlah kepada umat hak-hak mereka, janganlah kalian memukul (menyiksa) mereka sehingga kalian akan hina, dan jangan kalian melempar mereka (maksudnya janganlah kalian memenjarakan mereka tanpa alasan yang benar) sehingga kalian akan tertimpa fitnah (musibah), dan janganlah kalian tutup pintu untuk diberikan kepada selain mereka, sehingga yang kuat akan memangsa yang lemah, janganlah kalian memaksa mereka sehingga kalian mezhaliminya dan janganlah kalian acuhkan urusan mereka.
Dalam kondisi hilangnya syariat Islam dan berkuasanya rezim tirani maka merebak nilai-nilai kemunafikan yang memangsa yang tertindas dari anak bangsa yang cerdas dan yang mahrum (patut dilindungi), tampak pula otoriterianisme dari kalangan cendekiawan dan media yang menjadikan tugas yang mereka emban hanya untuk membenarkan tindakan diktatorianisme dan penyimpangan-penyimpangan yang  mereka lakukan, membenarkan kekejaman dan kezhaliman serta kekerasan atas umat dan bangsa untuk memelihara kepentingan yang lebih besar mereka, dan membenarkan tindakan pengabaian dan kehinaan mereka dihadapan musuh dengan dalih sebagai bagian dari cara berpolitik praktis, dan pada saat yang bersamaan mereka menisbatkan para penentang (oposisi) politik sebagai kelompok yang keluar, pembangkang, perusak dan pengkhianat, mensifati nasihat yang syar’i yang menjadi kewajiban untuk ditunaikan kepada mereka sebagai pemberontakan, menganggap kritikan terhadap system yang telah diterapkan sebagai penghinaan terhadap symbol-simbol negara, sehingga para oposisi yang telah memberikan saran dan nasihat yang baik berhak untuk mati dan dilenyapkan dari muka bumi, bahkan dari sudut agama,  jika segala urusannya telah selesai. Sungguh tidak ada daya dan kekuatan kecuali pada milik Allah semata.
Demikianlah kita melihat bahwa ketiadaan Syariat Islam dapat merusak dan menghancurkan fitrah  manusia, mengancam kehidupan sosial, memangkas kesempatan untuk menumbuhkan kreativitas dan prestasi, menghancurkan kebaikan jiwa manusia, melepaskan dan mengurai sendi-sendinya, menanamkan didalamnya benih-benih perbudakan dan kezhaliman, menajdikan sisi individu rendah diri dan hina, sehingga terbangun dan muncul pribadi yang tidak memiliki sikap percaya diri, tidak dapat membuat keputusan yang sesuai dengan dirinya, muncul generasi dibawah kekuasaan tirani buta dan tidak memiliki martabat diri, sedikit keinginan dan lemah dalam memberi dan menerima.
Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan bangsa Arab dan umat Islam dari situasi terburuk ini kecuali dengan melakukan kerjasama dan senantiasa melakukan koordinasi bersama warga yang setia dan ikhlas dari bangsa ini, dan tidak  merespon keinginan dan tipu muslihat rezim opresif yang berambisi ingin memecah belah kelompok umat dan ekpektasinya; hanya untuk menetapkan jati dirinya, kebebasan untuk melampiaskan malapetaka dan bencana akan potensi bangsa dan masa depannya, dan Ikhwanul Muslimin, dimanapun mereka berada dan sesuai dengan perasaan yang dimilikinya bertanggung jawab, dan akan tetap membentangkan tangan mereka untuk menjangkau semua kekuatan yang tulus dan hidup tanpa terkecuali, untuk menyatukan visi dan mengintegrasikan potensi dalam menghadapi kondisi absurd dan tidak bersahabat ini; sehingga mampu membangkitkan umat dari tidur dan keterpurukan, lalu menempatkan posisi yang berhak dimiliki ditengah umat lainnya yang ada dimuka bumi ini.
Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah semata.
Risalah dari Dr Muhammad Badi (Media Islam)

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna

7 SUNNAH HARIAN NABI SAW,

 Menjadikan Hidup Lebih Bermakna .....

10 Oktober 2013 pukul 07:23

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ....
“ Subhannallah Walhamdulillah Wala ilaha illallah Allahu Akbar !”

Kita semua menyadari bahwa HIDUP INI HANYALAH SESAAT. Dan kita akan HIDUP SELAMANYA DI AKHIRAT kelak. Keadaan inilah yang membangun ’semangat berjibaku’ agar kita semua MENGELOLA HIDUP yang sesaat ini untuk kebahagiaan selama-lamanya di akhirat, kelak.

Tidaklah heran, mengapa orang Mukmin semakin hari semakin bertakwa. Karena merekan tahu dan sadar bahwa SEMAKIN HARI SEMAKIN DEKAT PERJUMPAAN DENGAN ALLAH SWT. Sehingga hari-harinya dilalui dengan kesibukan untuk MEMPERBAIKI DIRI dalam kebaikan.

Salah satu usahanya adalah melahirkan perbaikan dan kebaikan dengan MENGAMALKAN SUNNAH HARIAN Rasulullah SAW.

Rekan-rekan se-iman, marilah kita menghentikan sejenak aktifitas kita sehari-hari yang menyibukkan diri, agar kita dapat sejenak waktu untuk BERHENTI, BERPIKIR, MERENUNG dan MENCONTOH teladan kita semua RASULULLAH SAW, melalui serial Artikel singkat ” 7 Sunnah Harian NABI SAW ”, agar menjadikan hidup kita lebih bermakna, untuk mempersiapkan diri kita dalam menghadapi sisa-sisa kehidupan kita.

1. Shalat Tahajud ...

Kita semua mengetahui, bahwa Shalat Tahajud adalah SHALAT TERAMAT PENTING SETELAH SHALAT FARDHU (wajib) lima waktu. Karena dengan shalat Tahajud Allah SWT akan MENGANGKAT DERAJAT kehidupan manusia.
Shalat Tahajud dilakukan diwaktu malam (setelah tidur) karena disaat malam-sunyi tersebut melakukan shalat akan LEBIH KHUSYUK dan bacaan di waktu tsb LEBIH BERKESAN.

Al-Isra : 79 ”Dan dari sebagian malam hendaklah engkau bangun (tahajud), sebagai AMALAN TAMBAHAN untukmu. Semoga Tuhanmu mengangkat (derajatmu) ke tempat terpuji”.

Abu Huraira R.A meriwayatkan RASULULLAH SAW bersabda :”Tuhan kita turun SETIAP MALAM ke langit dunia pada SEPERTIGA MALAM terakhir, dan berfirman – Siapa yang BERDOA kepada-Ku PASTI AKU KABULKAN, siapa yang MEMOHON kepada-Ku PASTI AKU BERI, dan siapa yang MEMOHON AMPUN kepada-Ku, PASTI AKU AMPUNI !” (HR. Al-Jama’ah).

Amr bin Al-Ash meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda : ”Sedekat-dekat hamba kepada Allah SWT adalah PADA TENGAH MALAM TERAKHIR. Apabila engkau bisa termasuk golongan orang BERDZIKIR mengingat Allah SWT pada saat itu, maka lakukanlah ” (HR. Al-Hakim).

Salman Al-Farisi meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda : ”Kerjakanlah shalat malam, sebab itu adalah KEBIASAAN ORANG SHALEH sebelum kamu, JALAN MENDEKATKAN DIRI kepada Tuhan, PENEBUS KEJELEKAN, PENCEGAH DOSA, serta PENGHALAU SAKIT ”.

Subhanallah ! Demikian besarnya keutamaan Shalat Tahajud. Marilah kita mulai rutin lakukan !

Pelaksanaan : - Shalat malam sebaiknya DILAKUKAN DI RUMAH, bukan di Masjid. - Bacaan shalat malam BOLEH NYARING dan juga BOLEH PELAN. - Jumlah rakaatnya MINIMAL 2 rakaat, 4, 8, dst, tidak terbatas. - Diakhiri dengan SHALAT SUNNAH WITIR 3 rakaat, ganjil.

2. Membaca & Mempelajari AL-QUR’AN ...

Rekan Muslim, terjadinya berbagai masalah kompleks dalam kehidupan pribadi, keluarga, organisasi, perusahaan dan bernegara, terjadinya karena semua bersumber kepada AL-QUR’AN TIDAK DIJADIKAN SEBAGAI PETUNJUK dan PEDOMAN HIDUP.

Kinilah saatnya kita ”kembali untuk mendalami” kitab yang bersumber dari Allah SWT! (bukan karangan manusia !) tersebut.

Al-Qur’an sebaiknya dipelajari secara SISTEMATIS, diungkap maknanya, digali kandungannya dan isinya sebagai PEDOMAN HIDUP. Bahkan secara transendental-psikologis, Al-Qur’an harus didekati secara emosional, MELIBATKAN PERASAAN dalam upaya menyelami makna terdalam dan hikmah tertinggi yang dimiliki.

”Dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah SWT yang maha Pemurah kepada mereka, mereka MENYUNGKUR, BERSUJUD dan MENANGIS” (QS. Maryam : 58)

HR.Tirmidzi : ”Al-Quran adalah kitab Allah SWT yang berisi SEJARAH UMAT sebelum kamu, BERITA UMAT sesudahmu, kitab yang MEMUTUSKAN/menyelesaikan urusan di antara kamu, yang nilainya bersifat PASTI & ABSOLUT. Siapa saja yang durhaka ”meninggalkannya” pasti Allah SWT akan ”memusuhinya”. Siapa yang MENCARI PETUNJUK SELAIN AL-QUR’AN, PASTI AKAN TERSESAT. Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, PERINGATAN YANG BIJAKSANA dan JALAN YANG SANGAT LURUS”.

Langkah yang sebaiknya kita lakukan adalah dengan :   - Membacanya   - Mencatatnya   - Menghafalnya   - Memahaminya   - Mengamalkannya

Perlu diingat, bahwa Al-Qur’an baru terbukti menjadi petunjuk ketika ada KENYATAAN DALAM PRAKTEK KEHIDUPAN kita. Agar pendalaman Al-Qur’an yang kita lakukan semakin berimplikasi positif bagi kita dan manusia secara umum, maka dalam MENGEKSPLOITASI isi, kisah, hikmah Al-Qur’an seharusnya kita belajar kepada para ulama yang sudah lebih awal dan lebih panjang menadaburi Al-Qur’an termasuk sejumlah tafsir dan karya tulis.

Sedemikian pentingnya sebuah kandungan makna/isi Al-Qur’an, sampai Allah SWT berfirman :
”Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya TUNDUK TERPECAH-PECAH disebabkan TAKUT KEPADA ALLAH SWT. Perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka BERPIKIR ! ” (QS. Al-Hasyr : 21)

3. Shalat Shubuh Berjamaah di Masjid ...

Rasulullah SAW menyampaikan sebuah hadits di hadapan para sahabatnya, ketika menanyakan salah seorang jamaahnya tidak terlihat dalam shaf shubuh berkali-kali :

”Sungguh, shalat yang PALING BERAT BAGI ORANG MUNAFIK, adalah shalat Isya dan SHALAT SHUBUH. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, mereka pasti mendatangani keduanya, SEKALIPUN DENGAN MERANGKAK ” (HR. Bukhari-Muslim).

Banyak ulama hadits menilai tentang penjelasan hadits ini, di antaranya bahwa untuk menilai seseorang apakah sungguh-SUNGGUH BERIMAN atau malah MUNAFIK, maka dapat dilihat shalat shubuhnya.

Shalat Shubuh merupakan satu di antara shalat wajib 5-waktu yang mempunyai KEKHUSUS-AN dan memiliki KEUTAMAAN yang luar biasa.

1.Merupakan SHALAT PALING UTAMA yang diwajibkan pada kaum Muslimin. (merupakan shalat yang sejak awal disyariatkan tetap 2-rakaat).

2.ADZAN shubuh berbeda dengan adzan shalat wajib lainnya, dengan menambahkan ’Ash-shaltu khairum minan naum’ – ”shalat itu lebih baik dari tidur, sebanyak 2 kali”.

3. Rasulullah SAW memberikan DOA KHUSUS setelah shalat shubuh, yang berbeda dengan shalat lain. Doa ini sebagai tambahan ’wirid’ penutup shalat.

Diriwayatkan oleh Abu Dzar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Siapa mengatakan setelah shalat shubuh, SEBELUM MENINGGALKAN TEMPAT DUDUKNYA dan BERBICARA SEDIKITPUN – La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yuhyi wa yumitu wahuwa ala kulli sya in qadir - sebanyak 10X, maka akan ditulis baginya 10 kebaikan, dihapus 10 kesalahan dan diangkat derajatnya 10 kali lebih tinggi. Satu hari penuh ia terlindungi dari suatu yg tidak disukai, terlindungi dari syetan, tidak ada dosa yang pantas dianggap sebagai dosa, kecuali syirik ” (HR.Tirmidzi).
Rasulullah SAW pernah menasehati Muslim bin harits : ” Jika kamu shalat shubuh, maka bacalah sebelum kamu berbicara – Allahumma ajirni minannar (Ya ALLAH lindungilah aku dari api neraka) – sebanyak 7X, maka jika kamu mati hari itu, ALLAH akan menjauhkanmu dari api neraka ” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

4. Rasulullah SAW selalu MENYURUH MEMENDEKKAN BACAAN shalat, KECUALI SHALAT SHUBUH !Abu Barzah Al-Islami meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pada shalat shubuh membaca 60 sampai 100 ayat …..sampai sebentar lagi matahari terbit (HR. Muslim).

5. Rasulullah SAW mempunyai BACAAN KHUSUS SHALAT SHUBUH di HARI JUMAT ! Abu Huraira meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membaca pada rakaat pertama SURAH AS-SAJADAH dan rakaat kedua SURAH AL-INSAN. Keistimewaan ini tidak terjadi pada shalat wajib lainnya !

6. Shalat shubuh TIDAK BISA DI-QASAR dan DIJAMAK !
Seperti yang juga kita pahami dari beberapa hadits, pada saat shalat shubuh inilah pergantiang malam dan siang dimulai. Pada saat itu pula MALAIKAT MALAM dan SIANG BERKUMPUL dan BERGANTI TUGAS.

”SHALAT BERJAMAAH LEBIH UTAMA dari shalat sendirian sebanyak 25 kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang BERKUMPUL PADA SHALAT SHUBUH” (HR. Bukhari).

ALLAH SWT berfirman : ”Dan dirikanlah SHALAT SHUBUH. Sungguh, shalat shubuh itu DISAKSIKAN OLEH PARA MALAIKAT” (QS. Al-Isra : 78).

Ada lagi hal utama dalam shalat shubuh, adalah – DUA RAKAAT SHALAT FAJAR (shalat sunah sebelum atau qabliyah shubuh) yang LEBIH BAIK DARI DUNIA & SEISINYA (HR. Muslim). Rasulullah SAW mengistimewakan shalat ini dengan menggambarkan bahwa : ”Seandainya dunia dan seisinya ini adalah sebuah kebaikan, maka JAUH LEBIH BAIK 2 RAKAAT SHALAT FAJAR YANG KITA KERJAKAN” !

Selain itu pula, SHALAT SHUBUH BERJAMAAH DI MASJID bisa menjadi PENERANG PADA HARI KIAMAT KELAK, seperti yg disabdakan Rasulullah SAW : ”Berilah kabar gembira bagi orang-orang YANG BERJALAN DI KEGELAPAN MENUJU MASJID (untuk mengerjakan shalat shubuh) DENGAN CAHAYA YANG TERANG-BENDERANG (pertolongan) PADA HARI KIAMAT ! ” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibn Majah).

Dari semua pengetahuan kita tentang keutamaan SHALAT SHUBUH BERJAMAAH DI MASJID INI, kesombongan apalagi pada diri kita yang akan menghalangi untuk menjalankannya ?

4. Melakukan SHALAT DHUHA ...

”Wahai anak Adam, cukupilah aku dengan melakukan EMPAT RAKAAT SHALAT DHUHA pada pagi hari, maka aku akan MENCUKUPI KEBUTUHANMU pada akhir hayatmu” (HR Ahmad & Abu Ya’la).

Beliau berwasiat kepadaku tentang 3 hal, yang sejak itu aku TIDAK PERNAH MENINGGALKANNYA :
Pertama - Hendaknya aku tidak tidur sebelum mengerjakan SHALAT WITIR
Kedua - Hendaknya aku tidak meninggalkan dua rakaat SHALAT DHUHA (karena shalat DHUHA adalah shalatnya ’awwabin’-orang yg bertobat kepada ALLAH SWT serta meninggalkan maksiat)
Ketiga - Hendaknya aku BERPUASA 3 HARI setiap bulan  - (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

Salah satu makna fungsional shalat DHUHA adalah agar pelakunya MENDAPATKAN REZEKI dan DIJAUHKAN DARI KEMISKINAN : ”Shalat DHUHA itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan tidak ada yang memelihara shalat kecuali orang-orang bertobat” (HR. Tirmidzi)

”Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 2 rakaat – dia TIDAK AKAN dicatat dalam kelompok orang-orang yang LUPA.
Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA4 rakaat – dia dicatat dalam kelompok orang-orang yang AHLI IBADAH.

Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 6 rakaat – pada hari itu segala kebutuhannya DICUKUPI oleh ALLAH SWT.

Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 8 rakaat – maka ALLAH SWT mencatatnya termasuk golongan yang TUNDUK dan menghabiskan waktunya untuk BERIBADAH.

Dan, siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 12 rakaat – maka ALLAH SWT membangunkan baginya sebuah ISTANA INDAH DALAM SURGA.Tidak ada dalam sehari-semalam kecuali ALLAH SWT pasti MEMBERIKAN ANUGERAH serta SEDEKAH kepada hambaNYA” (HR. Thabrani dan Abu Daud).

Subhanallah !

5. BERSEDEKAH ...

Maha suci ALLAH SWT, ZAT yang telah membersihkan hati orang-orang beriman dari sifat angkuh dan serakah. ALLAH SWT lah yang menyelipkan ke sanubari orang beriman perasaan iba, simpati sekaligus empati kepada orang-orang yang lemah dan membutuhakan bantuan, melalui bersedekah.

Bersedekah tidak harus besar, yang penting dengan KEIKHLASAN.

Kita bersedekah TIDAK MENGHARAPKAN BALASAN dari orang yang kita bantu. Kita harus yakin ALLAH SWT lah yang akan membalas.

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yg luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang MENAFKAHKAN (HARTANYA) DI WAKTU LAPANG & DI WAKTU SEMPIT, dan orang-orang yg menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat baik ” (QS. Ali Imran : 133-134)

” Perbandingan (balasan atau pahala) bagi orang-orang yg MEMBELANJAKAN HARTANYA DI JALAN ALLAH seperti satu biji yg menumbuhkan tujuh cabang, di setiap cabang menjuntai seratus buah, dan ALLAH akan menggandakan (pahala) kepada siapa yang Dia kehendaki, dan ALLAH itu luas (pemberian-Nya) lagi sangat mengetahui ” (QS. Al-Baqarah : 261)

”Siapa yang MEMBANTU MENYELESAIKAN KESUSAHAN SESEORANG di dunia (lebih-lebih lagi saudara sesama Muslim), ALLAH PASTI MEMBANTU MENYELESAIKAN KESUSAHANNYA DI DUNIA dan AKHIRAT ” (HR. Bukhari).
  • Berkah sedekah bisa sirna jika orang yang bersedekah MENGUNGKIT-UNGKIT dan SELALU MENYEBUT-NYEBUT sedekah itu di depan umum.
  • Sedekah dapat MEMADAMKAN MURKA ALLAH SWT
  • Sedekah dapat MEMELIHARA MANUSIA DARI KEJAHATAN
Siapakah yang DIUTAMAKAN UNTUK DIBERI SEDEKAH ?
1- ANAK YATIM, karena sebelum dewasa anak yatim belum dapat mandiri. Mereka adalah TITIPAN ALLAH SWT kepada hamba lainnya yang mampu.
2- FAKIR MISKIN, yang perlu dibantu agar dapat diberdayakan agar mandiri.
3- JANDA dan LANSIA, karena kehilangan tulang punggung pencari nafkahnya, serta kehilangan masa produktifnya.
4- YANG TERLILIT HUTANG
5- YANG TERKENA MUSIBAH

6. SELALU DALAM KEADAAN BERWUDHU ...

Banyak hadits yang sangat menganjurkan untuk TETAP BERWUDHU WALAUPUN TIDAK HENDAK MENDIRIKAN SHALAT.
Berdasarkan sunnah tsb, mulai generasi sahabat hingga orang-orang shaleh, senantiasa mereka MENJAGA WUDHU DALAM SEGALA AKTIFITAS, baik dalam perjalanan, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, dalam bekerja, ketika hendak tidur, termasuk sebelum & sesudah berhubungan suami-istri.

BERWUDHU BUKAN HANYA DISAAT MENGHADAP ALLAH SWT dalam shalat, tapi juga ketika akan tidur – BERADA DALAM KESUCIAN.

ALLAH SWT berfirman : ”Sungguh, ALLAH menyukai orang-orang yg bertobat dan mereka yang MENYUCIKAN DIRI” (QS. Al-Baqarah : 222).

Abu Hurairah meriwayatkan RASULULLAH SAW, bersabda : ”Pada hari kiamat, karena bekas wudhunya (yang bercahaya). Siapa ingin memanjangkan ghurram-nya silakan lakukan” (HR. Bukhari).

”Siapa yang BERWUDHU (untuk mendapatkan) KESUCIAN, maka ALLAH akan MENETAPKAN BAGINYA DENGAN SEPULUH KEBAIKAN” (HR. Abu Daud)

”Seseorang senantiasa DIANGGAP SEPERTI DALAM KEADAAN SHALAT, asal dia tidak berhadas (= buang angin)” (HR. Bukhari)

7. SELALU BERDZIKIR ...

Dzikrullah memiliki daya hidup. Menghidupkan dan menyemangati jiwa yang rapuh, melapangkan jiwa yang sempit serta membangkitkan keyakinan bagi yang mengalami kelelahan dalam menjalani kehidupan.

DZIKIR yang UTAMA :
* La ilaha illallah wahdahu la syarika lah. Lahul mulku wa lahu hamdu wa huwa ’ala kulli syay’in qadir * Subhanallah wal hamdu lillah wa ilaha illallah wallahu akbar * Subhanallah wa bihamdihi * Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil azhim * (surah Al-Fatihah)

Rasulullah SAW bersabda : ”Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir, seperti ORANG YG HIDUP dan ORANG YG MATI” (HR. Bukhari)

”Dan laki-laki yang BANYAK MENYEBUT (MENGINGAT) ALLAH disertai dengan perempuan yang banyak menyebut Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka AMPUNAN & PAHALA YG BESAR ” (QS. Al-Ahzab : 35)
”Maka apabila kami telah menyelesaikan shalat, INGATLAH DI WAKTU BERDIRI, DUDUK maupun BERBARING ….” (QS. An-Nisa : 103)

”Karena itu, INGATLAH KALIAN PADA-KU, niscaya Aku pun akan ingat pada kalian…” (QS. Al-Baqarah : 152)

”INGATLAH TUHANMU SEBANYAK-BANYAKNYA dan BERTASBIHLAH dengan memuji Tuhanmu di waktu petang dan pagi ” (QS. Ali-Imran : 41)

Pribadi yang BERDZIKIR :
Setiap KALAMNYA adalah DAKWAH
Setiap DIAMNYA adalah DZIKIR
Setiap NAPASNYA adalah TASBIH
Setiap PANDANGAN MATANYA adalah RAHMAT
Setiap SUARA TELINGANYA selalu TERJAGA
Setiap PIKIRANNYA adalah BAIK SANGKA
Setiap GERAK HATINYA adalah DOA
Setiap SENTUHAN TANGANNYA adalah SEDEKAH
Setiap LANGKAH KAKINYA adalah JIHAD
Kekuatannya adalah SILATURAHMI
Kesibukannya adalah ASYIK MEMPERBAIKI DIRI
Kerinduannya adalah TEGAKNYA SYARIAT ALLAH SWT

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah.AMIN.
Wallahu a’lam bishawab.

 Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....

===== sumber : http://www.abdullahakmal.co.cc/2010/04/7-sunnah-harian-nabi-saw-menjadikan.html
Diberdayakan oleh Blogger.